Kecanduan Media Sosial: Menyelamatkan Diri di Era Digital

  • Bagikan
Penulis: Devi Sasmita

JAMBI (SR28) – Di era digital yang terus mengalami perubahan, media sosial hadir dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Dengan hanya menggeser layar ponsel, kita dapat terhubung dengan teman dan keluarga, mendapatkan informasi terbaru, serta berbagi pemikiran dan pengalaman dengan dunia.

Namun, di balik manfaatnya yang tak terbantahkan, media sosial juga telah menjadi sumber kecanduan yang serius bagi banyak orang. Kecanduan media sosial dapat diartikan sebagai keadaan di mana seseorang kehilangan kendali atas penggunaannya.  Individu yang kecanduan media sosial merasa terikat pada platform -platform tersebut, sering kali menghabiskan berjam-jam di depan layar, dan merasa sulit untuk membatasi diri mereka sendiri.

Seiring dengan kemajuan teknologi dan desain yang cerdik, media sosial telah diciptakan sedemikian rupa untuk memikat perhatian kita, membuatnya sulit untuk melepaskan diri.

Dikutip dari laman halodoc, menyatakan bahwa alasan utama di balik kecanduan media
sosial adalah efek dopamin yang dihasilkan oleh interaksi di platform media sosial dengan berlebihan. 

Ketika kita menerima pemberitahuan atau “like” pada unggahan kita, otak kita
melepaskan dopamin, zat kimia yang memberikan rasa senang dan kepuasan. Ini menciptakan dorongan yang kuat untuk terus memeriksa dan berinteraksi dengan media sosial, mencari lebih banyak apresiasi dan validasi dari orang lain.

Kita terjebak dalam siklus ini di mana kita terus- menerus mencari kepuasan singkat, tanpa menyadari waktu berharga yang kita habiskan. Dampak negatif kecanduan media sosial tidak boleh diabaikan.

Pertama, kecanduan media sosial dapat memengaruhi kesehatan mental seseorang. Masyarakat yang kecanduan media sosial sering merasa tidak puas dengan hidup mereka sendiri ketika mereka melihat kehidupan yang sempurna orang lain di media sosial. Mereka merasa cemas, depresi, atau rendah diri karena perbandingan yang tidak sehat ini. Selain itu, kecanduan media sosial juga dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang bermakna di dunia nyata.

Kedua, kecanduan media sosial juga dapat merusak produktivitas. Banyak orang yang menghabiskan berjam-jam di media sosial setiap hari, mengabaikan tanggung jawab dan pekerjaan yang seharusnya mereka lakukan. Mereka dapat menjadi kurang fokus, mudah terganggu, dan sulit untuk mengelola waktu dengan efektif. Sebagai hasilnya, prestasi akademik dan karier mereka terganggu, dan mereka tidak mencapai potensi penuh mereka.

Bagaimanapun, bukan berarti kita harus sepenuhnya menghindari media sosial. Seperti teknologi lainnya, media sosial memiliki manfaat yang signifikan. Mereka memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang di seluruh dunia, memperluas wawasan kita, dan menjadi platform penting untuk berbagi informasi dan kesadaran sosial.

Namun, penting bagi kita untuk menyadari batasan dan menjaga keseimbangan dalam penggunaan media sosial. Pertama-tama, penting untuk mengenali tanda-tanda kecanduan media sosial. Jika kita
merasa sulit untuk menghentikan penggunaan media sosial, sering kali merasa gelisah atau cemas ketika tidak terhubung, atau mengabaikan tanggung jawab sehari-hari karena media sosial, mungkin saatnya untuk merefleksikan pola penggunaan kita dan mengambil langkah- langkah untuk mengendalikannya.

Salah satu langkah yang bisa kita ambil adalah membatasi waktu layar. Kita dapat mengatur batasan waktu harian untuk penggunaan media sosial, menggunakan fitur pengingat pada ponsel cerdas kita, atau bahkan menggunakan aplikasi pengatur waktu yang membantu kita mengelola waktu secara online.

Selain itu, kita bisa menciptakan “waktu layar bebas” di mana kita secara khusus tidak menggunakan media sosial, misalnya saat makan, berolahraga, atau sebelum tidur, dapat membantu kita memperoleh keseimbangan yang lebih sehat.

Kita juga bisa fokus pada kualitas daripada kuantitas interaksi online. Bukan sekadar menghabiskan waktu tanpa tujuan di media sosial, kita bisa memilih untuk berinteraksi dengan cara yang lebih bermakna dan positif. Misalnya, bergabung dalam komunitas online yang memiliki minat yang sama, terlibat dalam diskusi yang membawa manfaat, atau mendukung dan menginspirasi orang lain dengan konten yang positif.

Dengan cara ini, kita dapat memperoleh pengalaman yang lebih memuaskan dan bermanfaat di media sosial.

Ketiga, penting untuk mencari keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Meskipun media sosial dapat menjadi alat yang berguna untuk terhubung dengan orang lain, tidak ada yang dapat menggantikan hubungan fisik dan kehidupan nyata. Meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman dan keluarga secara langsung, terlibat dalam kegiatan di luar ruangan, atau mengejar hobi dan minat di dunia nyata akan memberi kita perspektif yang seimbang dan membantu kita menjaga kesehatan mental dan emosional.

Dalam era digital ini, kecanduan media sosial adalah tantangan yang perlu kita hadapi. Namun, dengan kesadaran diri, pengaturan waktu yang bijaksana, dan fokus pada interaksi yang bermakna, kita dapat menjaga kendali atas penggunaan media sosial kita. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan manfaatnya tanpa terperangkap dalam jerat kecanduan yang merugikan.

Penulis: Devi Sasmita

  • Bagikan