Amnesty International mendesak pihak berwenang Mesir untuk membebaskan seorang ibu berusia 29 tahun dari tahanan setelah dia hilang hampir dua tahun lalu bersama dengan suami dan balita dalam apa yang dikatakan pengawas sebagai tindakan penghilangan paksa.
CAIRO – Amnesty International pada Kamis mendesak pihak berwenang Mesir untuk membebaskan seorang ibu berusia 29 tahun dari tahanan setelah dia hilang hampir dua tahun lalu bersama dengan suami dan balita dalam apa yang dikatakan kelompok itu sebagai tindakan penghilangan paksa.
Menurut pernyataan pengawas yang berbasis di London, guru universitas Manar Adel Abu el-Naga, suaminya Omar Abdelhamid Abu el-Naga dan putra mereka yang berusia satu tahun dibawa oleh agen keamanan dari rumah mereka di kota Alexandria di Maret 2019.
Keberadaan mereka tetap tidak diketahui sampai dia muncul pada Februari di hadapan jaksa Keamanan Negara Tertinggi Mesir yang memerintahkan penahanan pra-sidang atas tuduhan teror. Amnesti meminta otoritas Mesir segera melakukan penyelidikan atas masalah tersebut.
Putra Manar Adel Abu el-Naga yang sekarang berusia tiga tahun diserahkan kepada kerabatnya sementara tidak ada yang diungkapkan secara terbuka tentang keberadaan suaminya, kata Amnesty.
“Pelanggaran mengerikan oleh pasukan keamanan ini sekali lagi menggambarkan efek yang menghancurkan dari iklim impunitas yang berlaku di Mesir,” kata Philip Luther, direktur penelitian dan advokasi Amnesty untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Amnesty juga menuduh pasukan keamanan Mesir menekan Abu el-Naga untuk mengatakan dia ditangkap hanya dua hari sebelum penampilan Februari di hadapan jaksa.
Seorang pejabat media pemerintah tidak segera menanggapi permintaan untuk mengomentari pernyataan Amnesty.
Sejak 2015, para aktivis mengatakan telah terjadi lonjakan penangkapan rahasia di Mesir, yang sering diikuti oleh beberapa hari atau minggu penyangkalan dari badan-badan negara atas penahanan seseorang.
Luther dari Amnesty mengatakan kasus Abu el-Naga menunjukkan “kampanye yang sedang berlangsung untuk membasmi perbedaan pendapat dan menanamkan ketakutan telah mencapai tingkat kebrutalan baru.”
Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi pada tahun 2013, ketika dia menjadi menteri pertahanan, memimpin pemecatan militer atas pendahulunya dan presiden pertama yang dipilih secara demokratis di negara itu, Mohammed Morsi setelah pemerintahan satu tahun Morsi terbukti memecah belah dan memicu protes nasional besar-besaran.
Sejak menjadi presiden, el-Sissi telah mengawasi tindakan keras yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mencoba membungkam kritik dan memenjarakan ribuan orang.
Sumber : https://abcnews.go.com/International/wireStory/watchdog-urges-egypt-probe-disappearance-young-mother-76252479