JAKARTA – Setahun Corona, bisnis travel agent masih menunggu bantuan dari pemerintah untuk bertahan di tengah pandemi. Saat ini hampir semua biro perjalanan masih mati suri karena pembatasan perjalanan.
Dari survey Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) mencatat dari anggotanya 132 biro perjalanan 81% masih berusaha bertahan, dan 15,5% atau sekitar 20 perusahaan sudah tidak aktif lagi. Sebanyak 42,4% sudah tidak mempekerjakan karyawan lagi dan 46% masih mempekerjakan sebagian kecil karyawannya.
Sebanyak 66% sudah tidak ada lagi transaksi penjualan atau income. Sementara 61% membiayai kehidupannya mengandalkan saldo dana, modal kerja, tabungan untuk membiayai operasional
Hal ini berimbas pada 25,6% pelaku usaha sudah beralih menekuni bisnis lain. Sementara 65,1% masih ingin melanjutkan bisnis travel agent.
Data ini belum termasuk perusahaan biro perjalanan di luar anggota Astindo. Sebelumnya dinyatakan oleh Sekretaris Jenderal DPP Astindo Pauline Suharno sudah 90%-95% pelaku bisnis travel agent sudah menutup bisnisnya khususnya di luar Jakarta.
Pauline menjelaskan sekarang adalah masa kritis dimana core bisnis travel agent tidak berjalan karena ada pembahasan. Makanya kita masih menunggu adanya bantuan dari pemerintah untuk membantu biaya operasional kami yang masih merugi setahun terakhir.
“Sekarang mau tidak mau kita makan tabungan, atau pinjaman modal dari bank untuk operasional,” jelas Pauline, kepada CNBC Indonesia.
Pauline mengatakan border untuk perjalanan luar negeri masih tertutup, di dalam negeri juga orang masih enggan melakukan perjalanan. Begitu juga dengan perjalanan rapat dari korporat dan pemerintah juga belum menunjukkan tanda peningkatan.
Saat ini, Pauline berharap adanya keringanan fiskal dari pajak PPh 21, pajak reklame, pajak STNK Kendaraan, serta pajak PBB. Sehingga beban dari perusahaan biro perjalanan kian berkurang.
“Keringanan dibutuhkan paling tidak sampai border kembali dibuka dan terlihat adanya peningkatan,” jelasnya.
Source: Detik