JAMBI(SR28)-Tren negatif harga minyak mentah dunia yang terus mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir dan menyentuh angka 79 dolar AS per barel sudah seharusnya membuat pemerintah menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
Dikutip melalui Wartaekonomi.co.id Pengamat Ekonomi dan Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi mengatakan bahwa dengan kondisi menurunya harga minyak dunia seharusnya membuat pemerintah menurunkan harga Pertalite.
“Pemerintah juga harus menurukan harga Pertalite. Alasannya, saat menaikkan harga Pertalite, asumsi yang digunakan harga minyak dunia di atas 100 dolar AS per barel, padahal sekarang turun menjadi 79 dolar AS per barel,” ujar Fahmy saat dikonfirmasi Warta Ekonomi, Rabu (4/1/2023).
Fahmy mengatakan bahwa penurunan harga Pertalite akan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia di tengah pencabutan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat oleh pemerintah.
“(Penurunan harga Pertalite) menurunkan inflasi dan menaikkan daya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Terkait penyesuaian harga Pertamax, Fahmy menilai hal tersebut sudah seharusnya dilakukan oleh Pertamina ataupun pemerintah untuk mendorong penyesuaian harga.
“Untuk harga Pertamax ke atas Pertamina harus menurunkan harga BBM tersebut,” ungkapnya.
Fahmy menilai hal tersebut perlu dilakukan lantaran harga Pertamax ke atas ditetapkan berdasarkan harga pasar.
Menurutnya, terdapat tiga faktor yang digunakan oleh PT Pertamina (Persero) dalam menetapkan harga Pertamax ke atas, yakni harga minyak dunia, inflasi, dan kurs rupiah terhadap dolar.
“Kalau mengacu pada harga minyak dunia yang cenderung turun hingga 79 dolar AS per barel dan inflasi rendah, sangat memungkinkan bagi Pertamina untuk menurunkan harga Pertamax ke atas,” ujarnya.
baca juga : Haris Ajukan Ranperda Untuk Memperkuat Tata Kelola Pemerintahan
baca juga : Gubernur Jambi Resmikan Panti Multi Layanan Bagi Disabilitas