JAKARTA – Produsen pesawat asal Eropa, Airbus, menyatakan mengalami kerugian bersih 1,1 miliar euro atau setara Rp 18,6 triliun (asumsi Rp 16.971/euro) sepanjang 2020.
Meski demikian, Airbus mengaku masih mampu membatasi kerugiannya tahun lalu, bahkan ketika sektor maskapai penerbangan runtuh dihantam pandemi virus corona penyebab Covid-19.
Angka tersebut sedikit mengalami perbaikan dari kerugian tahun sebelumnya sebesar 1,4 miliar euro (Rp 23,7 triliun), ketika Airbus didenda hingga 3,6 miliar euro (Rp 61,1 triliun) dalam skandal korupsi.
“Hasil tahun 2020 menunjukkan ketahanan Airbus dalam krisis paling menantang yang melanda industri kedirgantaraan,” kata Kepala Eksekutif Guillaume Faury pada Kamis (18/2/2021), dikutip dari AFP.
Laporan keuangan Airbus menyebutkan, pendapatan grup turun menjadi 49,9 miliar euro (Rp 847 triliun) dari 70,5 miliar euro (Rp 1.196 triliun) pada tahun sebelumnya.
“[Ini] didorong oleh lingkungan pasar yang sulit yang berdampak pada bisnis pesawat komersial dengan pengiriman 34% lebih sedikit tahun-ke-tahun,” kata Airbus.
Pada tahun ini, sebanyak 566 pesawat komersial dikirimkan yang terdiri dari 38 A220, 446 A320, 19 A330, 59 A350 dan empat A380, dibandingkan dengan 863 pesawat pada 2019. Namun, Airbus mengatakan tidak melihat peningkatan langsung untuk prospek industri untuk saat ini.
“Banyak ketidakpastian tetap untuk industri kami pada tahun 2021 karena pandemi terus memengaruhi kehidupan, ekonomi, dan masyarakat,” kata Faury.
Sumber: CNBC Indonesia