Jambi (SR28) – Gerakan Lembaga Adat Melayu Jambi dalam menggali kembali nilai-nilai adat, mengemas dan menyebarluaskan nilai-nilai tersebut kemasyarakat tampak semakin gencar sejak 7 bulan belakangan, khususnya sejak H.Hasan Basri Agus, Datuk Temenggung Putrojayo Diningrat resmi menjabat sebagai Ketua LAM Provinsi Jambi periode 2021-2026.
Diawal kepemimpinan nya, HBA tampak melakukan 3 langkah pembenahan pada Lembaga Adat Melayu.
Tiga langkah tersebut antara lain: mendirikan Majelis Permusyawaratan Adat (MPA), Merestrukturisasi Pengurus LAM Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta menetapkan Hari Adat Melayu Jambi sebagai upaya mendulang spirit kolektif adat Melayu Jambi.
Salah satu bentuk realisasi dari Majelis Permusyawaratan Adat adalah terbentuknya Rumah Kedamaian (atau disebut dengan Restoratif Justice). Langkah ini menurut HBA dirasa tepat dalam penegakan hukum adat di Provinsi Jambi secara formal. Hal tersebut 0.4 dengan adanya nota kesepemahaman antara LAM Provinsi Jambi dan Kejati Jambi beberapa waktu lalu. Sehingga, peran adat akan semakin dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.
Selain itu, sesaat setelah menjabat sebagai ketua LAM, HBA juga langsung tancap gas melantik pengurus-pengurus LAM di Kabupaten/Kota.
Adapun untuk hari adat sendiri, LAM Provinsi Jambi dan LAM Kabupaten Tebo telah melakukan kajian yang mendalam sekaligus Napak Tilas Napak Tilas mundur 520 tahun yang lalu dengan mengunjungi Bukit Siguntang, Kecamatan Sumai Kabupaten Tebo.
Lokasi ini menurut kajian merupakan tempat pertama kali digelar rapat adat Melayu Jambi dalam sekala yang besar, tepatnya 2 Juli 1502.
Terbaru, melalui surat keputusan Gubernur, tanggal 2 Juli 1502 resmi ditetapkan sebagai Hari Adat Melayu Provinsi Jambi. Pada tanggal 2 Juli setiap tahunnya pula diharapkan untuk bisa diperingati sebagai Hari Adat Melayu Jambi.
Selain 3 gerakan tersebut, gerakan yang juga menjadi fokus LAM Provinsi Jambi adalah pendekatan riset. Tahun 2022 ini saja, LAM Provinsi Jambi telah menggelar seminar sebanyak 2 kali.
Pada Kamis pagi (11/9/2022) LAM Provinsi menggelar Seminar Nasional dengan topik “Implementasi Seloko dan Jangko Adat dalam Mencerminkan Masyarakat Jambi yang Berkarakter dan Berbudaya” di Hotel Odua Weston, Kota Jambi.2 orang Profesor dan 2 orang Doktor yang juga menjadi pengurus LAM Provinsi Jambi didapuk sebagai narasumber.
Menariknya, seminar ini diikuti oleh peserta yang berasal dari 7 Negara seperti Sudan, Russia, Mesir, Malaysia dan lain-lain melalui saluran zoom.
“Ada 4 pemakalah yang mengisi seminar ini, yaitu Seloko dan Jangko Adat dalam perspektif adat Melayu, selanjutnya Seloko dan Jangko Adat dari perspektif Al-Qur’an dan Hadist, ada juga Seloko dan Jangko Adat dari perspektif sejarah, sosial dan budaya serta Petatah Seloko Adat dalam perspektif era ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Peserta kita ini juga diikuti oleh ratusan mahasiswa Jambi yang kuliah di berbagai negara” ungkap Prof.Havis Aima, Guru Besar Universitas Esa Unggul Jakarta yang juga sebagai pengurus Puslitbang LAM Provinsi Jambi.
Sementara itu, Ketua LAM Provinsi Jambi H.Hasan Basri Agus Datuk Temenggung Putrojayo Diningrat menyebut setelah seminar ini, pada 6 Juli mendatang seluruh kajian adat akan dipublikasikan dan akan dijadikan mata pelajaran Muatan Lokal (Mulok) untuk seluruh level pendidikan mulai dari TK hingga jenjang pendidikan tinggi S3.”
Nanti akan kita masukkan dalam pelajaran di TK hingga S3″ ungkap HBA