JAMBI (SR28) – Amalan sa’i atau berlari-lari kecil di antara bukit Safa dan Marwah adalah salah satu ritual utama yang dilakukan oleh jutaan jamaah Muslim dalam ibadah haji dan umrah. Ritual ini memiliki nilai simbolis dan sejarah yang dalam, serta harus dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu agar dianggap sah menurut ajaran Islam. Mari kita bahas lebih detail mengenai syarat-syarat sahnya amalan sa’i.
1. Niat yang Suci
Seperti halnya setiap ibadah dalam Islam, amalan sa’i harus dimulai dengan niat yang tulus dan murni, yaitu semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Niat adalah fondasi utama dari setiap amal ibadah yang dilakukan oleh seorang Muslim.
2. Mengikuti Aturan yang Ditetapkan
Amalan sa’i harus dilakukan sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan dalam ajaran Islam. Hal ini termasuk memulai sa’i dari bukit Safa dan mengakhiri di bukit Marwah, serta melakukan tujuh putaran di antara keduanya. Menjalankan ritual ini dengan benar adalah kunci untuk memastikan kesahihan amalan.
3. Menjaga Kesucian
Sebelum memulai amalan sa’i, seseorang harus berada dalam keadaan suci, baik dengan berwudhu (ablusi) atau mandi jika diperlukan. Kesucian adalah prasyarat penting dalam menjalankan ibadah dengan benar dan penuh kekhusyukan.
4. Memahami Sejarah dan Nilai Simbolis
Amalan sa’i mengikuti jejak Hajar, istri Nabi Ibrahim, yang mencari air untuk putranya Isma’il di padang gurun. Memahami sejarah dan nilai simbolis di balik ritual ini dapat memperdalam makna spiritual dalam ibadah.
5. Khusyuk dan Fokus
Saat melaksanakan amalan sa’i, seseorang harus menjaga khusyuk dan fokus pada ibadah. Hindari gangguan dan interaksi yang tidak perlu agar dapat mengalami momen spiritual yang mendalam.
6. Menghindari Kesalahan dan Kecacatan
Dalam menjalankan amalan sa’i, penting untuk menghindari kesalahan atau kecacatan yang dapat mempengaruhi kesahihan amalan. Ini termasuk menjaga niat ikhlas, mengikuti aturan dengan baik, dan menjaga kesucian dalam setiap langkah.
7. Kesopanan dan Etika
Selama menjalankan amalan sa’i, seseorang harus menjaga kesopanan dan etika. Hindari perkataan atau tindakan yang tidak pantas, karena ibadah harus dilakukan dengan penuh rasa hormat kepada Allah SWT.
Amalan sa’i merupakan bagian integral dari ibadah haji dan umrah, dan melaksanakannya dengan penuh kekhusyukan adalah kunci untuk meraih berkah dan ampunan dari Allah SWT. Penting untuk selalu mengikuti tuntunan dan petunjuk dari otoritas agama atau ulama yang berwenang dalam hal-hal berkaitan dengan ibadah ini.
Dengan memahami dan memenuhi syarat-syarat sahnya amalan sa’i, jamaah Muslim dapat mengalami pengalaman ibadah yang mendalam dan bermakna, serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan penuh rasa keikhlasan dan pengabdian.