JAMBI (SR28) – Era Reformasi sebelumnya dimulai dari krisis finansial di asia, pada bulan juli 1997, pada periode itu terjadi inflasi besar-besaran pada beberapa negara di asia yang menyebabkan ketidakmampuan beberapa negara dalam menjaga kestabilan kondisi keuangan dan suku cadang dibeberapa negara, sehingga menyebabkan kondisi anjlok pada sektor perekonomian dan keuangan, ini mengalami banyak sekali korban krisis dalam dunia asia, seperti thailand, korea selatan dan termasuk indonesia.
Kemerosotan yang amat dialami oleh beberapa negara dalam kurun 1 tahun itu menyebabkan muncul kekhawatiran yang mendalam terhadap nasib dan hajat hidup orang banyak, sehingga muncul ketidakpercayaan publik kepada kepala negara, yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola urusan pemerintahan/negara dan rakyat sebagai pemilik sah kedaulatan.
Kesalahan dalam mengelola negara menyebabkan ketidakpercayaan publik semakin menjadi, dibalik sejarah besar era orde baru yang dikomandoi oleh jenderal besar soeharto, ternyata bersemayam benih-benih feodalisme/oligarki didalam berkuasa, munculnya praktik kkn (korupsi, kolusi, dan nepotisme) berbuah pada sistem diktatorisme. Haus kekuasaan dan bola liar peluru tajam ini membuat rakyat semakin ketakutan, ketertindasan, dan hak terhadap kebebasan berekspresi semakin sempit dan dunia terasa seperti lubang sempit yang berisi limbah-limbah ketidakadilan.
Dengan fenomena dan ulah dari praktik tersebut, muncul gerakan-gerakan penolakan dan demonstrasi (unjuk rasa) sebagai akibat dari praktik-praktik jahat dan krisis yang dialami oleh negara kesatuan republik indonesia, salah satunya pada tanggal 29 maret 1998, aktivis-aktivis muslim berkumpul membuat suatu wadah gerakan besar yang akan memulai misinya dalam melerai krisis besar yang dialami oleh indonesia, dari perkumpulan itu lahirlah gerakan kesatuan aksi mahasiswa muslim indonesia yang dikomandoi oleh fahri hamzah dan para aktivis-aktivis muslim yang bergabung diperkumpulan tersebut.
Setelah beberapa bulan agresi publik yang ditenggarai oleh para mahasiswa dan elemen masyarakat yang ikut serta dalam aksi penolakan tersebut, akhirnya sang jenderal berbesar hati untuk tidak melanjutkan tugasnya dalam mengelola negara indonesia, setelah sebelumnya berusaha sekuat tenaga dalam menjaga kepercayaan publik dan pemerintahan, namun tidak kunjung juga membaik dan tuntas. 21 mei 1998, sang jenderal dengan resmi memutuskan mundur dari jabatan presiden, dan pada saat itu juga mr.crack (BJ. Habibie) resmi menggantikan soeharto sebagai pengganti presiden.
Runtuhnya orde baru dan mundurnya sang jenderal dimulainya era reformasi, yang agenda utamanya adalah mengadili soeharto dan kroni-kroninya, melaksanakan amandemen undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, menghapus dwifungsi Angkatan bersenjata republik indonesia, melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya, menegakkan supremasi hukum, dan menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Menutup rentetan peristiwa besar ini saya mengutip dari pidato kenegaraan soekarno pada hari kemerdekaan 17 agustus 1966, ” Jangan pernah melupakan sejarah, ini akan membuat dan mengubah siapa diri kita”.
Penulis : Khori Esa Mahendra (Ketua Bidang Kebijakan Publik) KAMMI Kota Jambi