JAMBI (SR28) – Pernikahan yang tidak harmonis atau yang berakhir dengan perceraian sering kali menciptakan situasi yang dikenal sebagai “broken home.” Situasi ini dapat berdampak signifikan pada perkembangan psikologis, emosional, dan sosial anak-anak. Anak-anak dalam situasi ini sering merasakan ketidakpastian dan kehilangan stabilitas, yang dapat menyebabkan perasaan cemas dan kesedihan. Mereka mungkin merasa terjebak di antara dua orang tua, berjuang untuk memahami perubahan dalam keluarga, dan merasa bingung tentang peran mereka dalam hubungan yang berubah ini.
Selain dampak emosional, anak-anak dari keluarga broken home juga dapat mengalami tantangan dalam hubungan sosial dan akademis. Ketidakstabilan di rumah dapat mengganggu konsentrasi mereka di sekolah, mengakibatkan penurunan prestasi akademis. Secara sosial, mereka mungkin merasa kesulitan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dengan teman sebaya, baik karena rasa percaya diri yang rendah atau perilaku defensif. Semua faktor ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam menavigasi kehidupan mereka di luar lingkungan rumah, menciptakan tantangan yang lebih besar di masa depan.
Pengaruh Emosional
Anak-anak dari keluarga broken home sering kali menghadapi perasaan yang sangat kompleks dan sulit untuk dipahami. Ketika keluarga mereka berpisah, mereka dapat merasa kehilangan rasa aman dan stabilitas yang biasanya didapat dari keharmonisan dalam rumah tangga. Perasaan kesedihan mendalam, kebingungan, dan bahkan rasa bersalah sering kali muncul, terutama jika mereka merasa bahwa perceraian orang tua mereka disebabkan oleh sesuatu yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Anak-anak ini bisa merasa terisolasi dan terasing, karena seringkali mereka tidak tahu bagaimana mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain, terutama jika mereka merasa tidak ada pihak yang sepenuhnya mendukung mereka.
Selain itu, anak-anak dari keluarga broken home sering kali merasa terjebak di antara kedua orang tua yang terpisah, yang dapat menyebabkan stres emosional yang berkepanjangan. Mereka mungkin merasa perlu memilih sisi atau merasakan tekanan untuk mengalahkan perasaan mereka demi menjaga hubungan dengan salah satu orang tua. Dalam beberapa kasus, ketidakhadiran atau kurangnya keterlibatan dari salah satu orang tua setelah perceraian memperburuk perasaan mereka, menciptakan rasa kehilangan yang lebih mendalam dan memperburuk perasaan terbuang. Semua perasaan ini, jika tidak ditangani dengan baik, dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional anak dalam jangka panjang.
Pengaruh Sosial
Anak-anak dari keluarga broken home sering kali menghadapi tantangan besar dalam menjalin hubungan sosial, terutama karena ketidakpastian yang mereka rasakan di rumah. Ketika stabilitas keluarga terguncang, mereka mungkin merasa sulit untuk percaya atau merasa aman dalam hubungan dengan teman sebaya. Beberapa anak cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, merasa tidak nyaman atau cemas saat berinteraksi dengan orang lain. Perasaan terasing yang mereka alami di rumah bisa tercermin dalam keengganan mereka untuk membuka diri atau berbagi perasaan dengan teman-teman, sehingga menghambat perkembangan keterampilan sosial mereka.
Di sisi lain, ada juga anak-anak yang mungkin mengekspresikan ketegangan emosional mereka melalui perilaku agresif atau impulsif. Mereka bisa merasa frustrasi dan marah, dan kadang-kadang menunjukkan sikap defensif atau menyerang sebagai cara untuk mengatasi ketidakpastian dan perasaan terluka yang mereka bawa dari rumah. Perilaku semacam ini dapat memperburuk hubungan mereka dengan teman-teman sebaya dan menciptakan lebih banyak kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung. Jika tidak mendapatkan perhatian atau bantuan yang tepat, anak-anak ini berisiko mengembangkan masalah sosial yang lebih besar di masa depan, yang dapat memengaruhi kualitas hubungan mereka dalam kehidupan dewasa.
Pengaruh Akademis
Kondisi emosional dan sosial yang tidak stabil memang bisa sangat memengaruhi prestasi akademis anak. Anak-anak yang berada dalam situasi keluarga broken home sering kali merasa cemas, tertekan, atau teralihkan perhatiannya oleh masalah di rumah, yang menyebabkan mereka kesulitan untuk fokus dalam belajar. Stres yang mereka alami dapat mengurangi kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dan menyerap materi pelajaran, sehingga berdampak pada kinerja akademis mereka. Kurangnya dukungan emosional di rumah juga dapat menurunkan motivasi mereka untuk berprestasi, karena mereka mungkin merasa pendidikan tidak lagi menjadi prioritas utama.
Penurunan prestasi ini bisa membentuk siklus negatif, di mana rasa tidak puas terhadap hasil akademis semakin memperburuk perasaan mereka tentang diri sendiri dan masa depan. Dalam jangka panjang, ini dapat menghalangi kesempatan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau mengejar karier yang mereka inginkan. Tanpa intervensi yang tepat, perasaan kurang percaya diri dan terhambatnya perkembangan akademis bisa menghambat pencapaian tujuan hidup mereka.
Pengaruh Perilaku
Anak-anak dari keluarga broken home memang berisiko meniru perilaku negatif yang mereka saksikan di rumah, terutama jika konflik dan ketegangan menjadi bagian dari dinamika keluarga mereka. Ketika mereka melihat salah satu orang tua atau anggota keluarga lainnya berperilaku agresif, kasar, atau tidak sehat dalam berinteraksi, mereka cenderung menganggap hal tersebut sebagai pola perilaku yang normal. Ini bisa mencakup kecenderungan untuk menggunakan kekerasan atau kekasaran sebagai cara untuk mengatasi konflik atau stres, atau bahkan terlibat dalam hubungan yang tidak sehat di masa depan, yang berpotensi memperburuk masalah emosional dan psikologis mereka.
Selain itu, anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh ketidakstabilan dan stres emosional juga lebih rentan terhadap masalah penyalahgunaan zat, baik sebagai pelarian dari masalah mereka atau karena kurangnya pengawasan dan dukungan dari orang tua. Tanpa dukungan yang memadai, mereka mungkin tidak belajar cara yang sehat untuk mengelola perasaan mereka dan menghadapi tantangan hidup. Oleh karena itu, anak-anak ini sangat membutuhkan perhatian khusus dan bantuan profesional untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan emosional yang positif, seperti mengelola stres, berkomunikasi secara efektif, dan membangun perilaku yang lebih sehat dan konstruktif. Dukungan dari keluarga, sekolah, dan konselor dapat memainkan peran penting dalam membantu mereka mengatasi tantangan ini dan memperbaiki pola perilaku mereka.
Pengaruh broken home terhadap anak adalah isu yang kompleks dan beragam. Meskipun anak-anak dapat mengalami berbagai tantangan akibat kondisi ini, penting untuk diingat bahwa setiap anak memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan tumbuh. Dukungan dari orang tua, keluarga, dan profesional dapat membantu anak-anak mengatasi dampak negatif dari broken home. Dengan pendekatan yang tepat, anak-anak dapat belajar mengembangkan ketahanan dan kemampuan untuk membangun hubungan yang sehat di masa depan.