JAMBI (SR28) – Gawai sudah menjadi kebutuhan segala usia, gawai dapat membantu setiap
individu dalam menyelesaikan masalah yang mereka temui, mulai dari masalah komunikasi, transportasi, akomodasi dan lain-lain. Menurut Farhana (2018:233) Gawai merupakan salah satu alat elektronik yang berfungsi untuk memudahkan penggunanya dalam melakukan komunikasi dalam jarak jauh. Kebermanfaatan gawai
ini membuat banyak sekali individu lupa dengan dampak negatifnya. Terutama
dampak negatifnya terhadap anak-anak.
Penggunaan gawai untuk anak harusnya dibatasi, terlebih kepada Balita yang jauh lebih baik jika dihindari. Jika Anak-anak usia dini sudah dengan terpaksa berjibaku dengan gawai saat belajar di masa pandemic
COVID-19. Sepertinya penggunaan gawai untuk anak balita tidak terlalu dibutuhkan.
Apalagi hanya untuk sekedar menjadi “pengganti orang tua” saat orang tua mereka
beralih fokus dengan pekerjaan mereka. Masa Bayi berusia dibawah 5 tahun (Balita) merupakan masa-masa keemasan
sang anak yang seharusnya anak mendapat perhatian penuh dari orang tua mereka.
Segala bentuk perhatian, percontohan, dan respon dari orang tua mereka akan
membentuk kecerdasan dan kepribadian pada diri sang anak.
Selain dari faktor internal yang ada dalam diri anak, faktor eksternal juga mempengaruhi kecerdasan
dan kepribadian sang anak, seperti kebudayaan, Status anak dalam keluarga, gizi
makanan, dan kesehatan (Mustayah, Kasiati, Retnowati, 2022:78).
Kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anak juga merupakan salah satu faktor
eksternal. Mirisnya kurangnya perhatian dari orang tua terhadap anak bukan karena
disebabkan oleh sedikitnya intensitas pertemuan diantara keduanya melainkan karena
orang tua tidak meningkatkan kualitas pertemuan mereka. Banyak sekali ditemui
balita diberikan gawai agar tidak mengganggu aktivitas orang tuanya yang juga sedang
menggunakan gawai, sebuah pemandangan yang sangat menggelitik.
Gawai seperti sebuah trend dan menjadi sebuah keharusan untuk dimiliki oleh seorang balita,
bahkan bayi sekalipun. Tentu saja efek negatif dari penggunaan gawai pada sang anak
akan mengkhawatirkan para orang tua. Ketidakpahaman orang tua pada dampak
negatifnya seolah membenarkan apa yang sudah banyak terjadi.
Dampak negatif penggunaan gawai pada balita adalah kecanduan. Terlebih
lagi dampak negatif penggunaan gawai pada bayi dibawah 2 tahun adalah terlambat
bicara atau dikenal dengan istilah “Speech Delay”. Kecanduan gawai merupakan
penggunaan ponsel pintar yang sering dan tidak bisa dipisahkan yang menyebabkan
gangguan kehidupan sehingga tidak mampu mengelola kehidupan sehari-hari secara
efektif dan merasa nyaman dengan dunia maya dari pada dunia nyata yang
memunculkan gejala seperti kecemasan dan kegelisahan ketika dijauhkan dari gawai
(Setiawati, Fithriyah, 2020:3). Pada sebagian orang tua, mereka sudah mengetahui
dampak negatif maupun dampak positif dari penggunaan gawai pada balita , namun
mereka terperangkap oleh kata “terlanjur”.
Anak mereka sudah terlanjur diberikan gawai, mereka sudah merasakan dampak negatifnya namun mereka tak kuasa
menolak keinginan sang anak untuk terus menggunakan gawai tanpa jeda. Dan anak
sudah terlanjur kecanduan dan menunjukkan emosi yang meledak-ledak jika tidak
diberikan gawai.
Memperkenalkan anak usia 2-6 tahun kepada gawai bukan merupakan suatu
kesalahan, kesalahannya terletak pada tidak adanya bimbingan dari orang tua saat
menggunakannya, krisis perhatian dari orang tua, bahkan tanpa respon sama sekali
saat anak menunjukkan apa yang sedang ia lihat pada gawai tersebut. Bahkan
seharusnya orang tua dapat memanfaatkan gawai sebagai sarana belajar balita mereka,
setiap orang tua harus memiliki panduan belajar untuk balita mereka, kapan sang
anak harus diajarkan mengenal warna, pada usia berapa anak harus diajarkan
mengenal benda.
Karena banyak sekali aplikasi, program maupun video pembelajaran
yang dibuat untuk mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Namun bukan
hanya sekumpulan program atau bahan ajar yang harus diberikan orang tua pada
balita mereka, juga perhatian, dengan menatap mata sang anak, mengajarkan sang
anak berucap, memperhatikan pelafalan setiap katanya, mengkoreksi dengan
bijaksana, kemudian memberikan penghargaan atau umpan balik terhadap apa yang
sudah ia capai.
Kemudian menjadwalkan waktu bermain, makan, dan tidur merupakan salah satu cara untuk mengurangi intensitas penggunaan gawai akan sangat bermanfaat bagi orang tua pekerja yang mana anak banyak menghabiskan
waktu dengan penjaganya.
Cara lain nya adalah dengan membelikan permainan dan
membacakan buku cerita, atau melibatkan anak dalam aktfitas orang tua akan sangat
bermanfaat bagi orang tua yang sehari-hari dirumah saja. Membiarkan anak menangis
karena waktu penggunaan gawainya sudah usai pun merupakan tindakan yang tepat
untuk melatih kedisplinan dan mengajarkan hal-hal yang prinsip terhadap anak.
Kerjasama yang baik antara orang tua dan gawai akan sangat memberikan
dampak positif terhadap pekembangan dan kecerdasan balita.
Oleh: Isnaini Safira, S.Pd
NIM: P2A121003 – Magister Teknologi Pendidikan, Universitas Jambi
No Hp: 082371885595
Email: safirasalman400@gmail.com