JAMBI(SR28)-Pemerintah Provinsi Jambi menyambut baik program kedai kopi (kedaireka, kolaborasi, partisipasi dan inovasi) dalam melindungi ekosistem gambut berbasis Green Energy.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Jambi, Abdullah Sani, pada acara Lepas Sambut Mahasiswa Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada, pada Program KEDAI KOPI BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) di Provinsi Jambi, di Rumah Dinas Gubernur Jambi, Senin 12 September 2022.
Pemerintah Provinsi Jambi menyambut baik program yang diinisiasi kerja sama BRGM bersama Universitas Brawijaya dan Universitas Gadjah Mada, dalam mendukung perlindungan ekosistem gambut berbasis green economy.
Diharapkan ada pendampingan dan pelatihan kepada kelompok masyarakat di Jambi melalui program Kedai Kopi dengan turun langsung ke lapangan.
Pendekatan cultural akan membuka wawasan dan memberi edukasi kepada masyarakat di kawasan lahan gambut tentang meningkatkan perekonomian, agar lebih maju dan baik melalui inovasi pertanian sesuai kondisi wilayah dan ramah lingkungan Sani.
Pemprov Jambi berkomitmen serius melestarikan ekosistem lahan gambut melalui pembentukan Tim Restorasi Gambut Daerah, dengan SK Gubernur Jambi Nomor 148/Kep-KDK/DISHUT-TP/VII.
Melalui surat keputusan ini, perangkat daerah diminta meningkatkan peran dan fungsi lebih aktif dalam kegiatan pelaksanaan restorasi gambut di Provinsi Jambi.
Indonesia memiliki lebih kurang 865 Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) dengan luas total sekitar 24,6 juta hektar. Salah satunya di Provinsi Jambi, seluas 617.562 hektar, tersebar di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, dan Sarolangun.
Kegiatan restorasi telah diupayakan oleh Pemprov Jambi, yakni pembasahan gambut (peatland rewetting) untuk memulihkan lahan gambut yang kering, revegetasi, pengadaan benih pohon endemis untuk proses revegetasi lahan gambut terdegradasi, serta revitalisasi dengan tanaman atau bisnis ramah lingkungan terhadap lahan gambut guna mengangkat perekonomian masyarakat.
“Restorasi gambut harus melibatkan semua pihak, kolaborasi dan partisipasi pemerintah pusat dan daerah hingga pemerintahan desa, pemangku kepentingan, kelompok masyarakat, hingga institusi pendidikan,” ungkap Sani.
Abdullah Sani mengharapkan melalui Program Kedai Kopi restorasi gambut tidak hanya sekedar pembangunan fisik saja. Dengan pendekatan khusus dari mahasiswa sebagai agen perubahan, dan kerja sama dengan perguruan tinggi, bentuk implementasi dharma penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Percepatan proses pemulihan lahan gambut benar-benar mulai dari tapaknya, dengan partisipasi dari pemerintah desa dan masyarakat sebagai subjek penting yang berperan dalam upaya melindungi ekosistem gambut di wilayah masing masing.
“Kami harap, selain ekonomi masyarakat meningkat melalui revitalisasi lahan gambut, kelestarian lingkungan gambut dan mangrove yang memiliki pengaruh menurunkan emisi karbon juga menjadi tujuan bersama dalam pengendalian perubahan iklim menjadi isu umat manusia,” ujar Abdullah Sani.