MUARO JAMBI (SR28)– Dosen dan Mahasiswa UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi berhasil mengembangkan Smart Building untuk kebutuhan kampus UIN STS Jambi. Peralatan Smart Building ini merupakan hasil riset yang dikembangkan bersama Pusat Kajian Lingkungan Hidup dan Pusat Kajian Demografi dan Fakultas Sainstek.
“Alhamdulillah kami berhasil mengembangkan tahap pertama sistem smart building ini bersama dosen dan mahasiswa. Sebelumnya alat ini telah melalui uji laboratorium untuk mendapatkan hasil yang optimal.” ujar Indrawata, sekretaris Pusat Kajian Lingkungan Hidup pada Jumat (27/11/2020).
Rektor UIN STS Jambi mengapresiasi sekali pengembangan smart building ini dikarenakan pengembangan smart building ini merupakan inovasi hasil riset bersama dari Dosen dan Mahasiswa dan diimplementasikan pada masyarakat, terutama kampus. Program ini sesuai dengan visi dan misi UIN STS Jambi sebagai lokomotif terdepan untuk perubahan di propinsi Jambi.
“Saya mengapresisasi pengembangan smart building ini, walaupun saat ini masih dalam tahap awal. Namun,inovasi ini sangat penting mengingat kampus sebagai pusat keilmuan harus mampu memberikan produk hasil riset kepada masyarakat. Dan saya tahu, bahwa smart building ini cukup mahal investasinya, karena membutuhkan peralatan dan SDM yang handal untuk membuat dan mengelolanya, dan kita mampu untuk itu.“ ujar Prof. Dr. H. Su’aidi, MA.,Ph.D, Rektor UIN STS Jambi.
Pengembangan smart building ini telah melalui uji kelayakan pada skala laboratorium hingga kalibrasi dengan alat standar. Beberapa sensor telah digunakan untuk mengetahui secara optimal kondisi ruangan. Salah satunya adalah sensor pendeteksi orang dan pengatur cahaya. Jika pada malam hari ada orang yang tidak diinginkan masuk kedalam bangunan tersebut, maka akan terdeteksi. Sistem juga akan mengatur penggunaan cahaya lampu pada siang hari dan malam hari secara optimal.
“ Peralatan ini dilengkapi dengan machine learning sehingga dapat dengan mudah memberi tahu jika ada penyusup pada malam hari melalui jaringan internet / intranet. Dan semua aktivitas bisa di analisa secara lebih mendalam karena data tersebut tersimpan di dalam database” ujar Ahmad Syukron Prasaja, Ketua Pusat Kajian Demografi.
Data tersebut kemudian diolah dengan metode exploratory data analysis. EDA tersebut yang menghasilkan luaran dalam bentuk grafis dan data analisis sehingga dapat mempermudah untuk di analisa dan kemudian diterapkan dalam bentuk pengembangan kebijakan penggunaan bangunan tersebut.
Peralatan ini walaupun dalam tahap uji coba lapangan, namun telah menggunakan konsep wireless sensor network (WSN) sehingga setiap device dapat saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain secara machine-to-machine. Pada pengembangan tahap kedua, akan digunakan lebih banyak sensor seperti sensor asap, arus listrik, voltase, suara, pengatur AC, lampu untuk mengatur sebagian aktivitas dari bangunan termasuk didalamnya menggunakan RFID sebagai akses masuk dan absensi pada bangungan.
Di Indonesia sudah ada beberapa gedung yang menerapkan konsep smart building, walau belum sepenuhnya. Konsep ini pada dasarnya merupakan konsep bangunan yang mengoptimalan teknologi Internet of Things dan Big Data untuk menghasilkan penggunaan gedung yang lebih hemat energi, SDM dan optimal dalam penggunaannya. Namun konsep bangunan smart building ini tidak murah, karena hampir seluruh kegiatan dalam smart building ini dilakukan otomatis tanpa adanya campur tangan manusia.
Element yang ada di dalam bangunan seperti cahaya lampu , keamanan pada pintu-jendela (security), pendingin ruangan (AC), asap rokok / kebakaran, suhu ruangan saling terkoordinasi dan terhubung dalam satu sistem otomatisasi yang disebut smart building.